Kawasan Desa Nila di Kabupaten Klaten

Kawasan Desa Nila di Kabupaten Klaten secara  resmi dicanangkan oleh Gubernur Jawa Tengah, Bapak Bibit Waluyo pada tahun 2009, mencakup 5 desa yaitu Nganjat, Ponggok, Jimus, Janti dan Jeblog . Empat desa pertama berada di Kecamatan Polanharjo dan desa kelima berada di Kecamatan Karanganom. Kawasan pembenihan dikonsentrasikan di desa Jimus dan Jeblog, kawasan wisata kuliner serba ikan (pemasaran) dikonsentrasikan di desa Janti, sedangkan pembesaran Nila di kolam air deras dikonsentrasikan di desa Nganjat dan Ponggok.

Melihat pesatnya perkembangan Desa Nila, sesuai masterplan yang sedang disusun direncanakan mulai tahun 2012 Kawasan Desa Nila diperluas menjadi 8 desa dengan penambahan 3 desa lagi yaitu Daleman dan Wunut yang berada di Kecamatan Tulung, serta Sidowayah yang berada di Kecamatan Polanharjo. Sehingga total Kawasan Desa Nila yang akan dikembangkan mencakup 3 kecamatan yaitu Karanganom, Tulung dan Polanharjo (direncanakan disingkat “KALUNGHARJO”). Strategi pengembangan secara makro masih menggunakan sistem sentralisasi kawasan yang ditetapkan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh masing-masing desa dengan perincian :

  • Sentra Pembenihan : Jimus, Daleman, Wunut dan Sidowayah
  • Sentra Pemasaran : Janti dan Sidowayah
  • Sentra Pembesaran : Nganjat, Ponggok, Jeblog dan Daleman
  • Sentra Pengolahan : Jeblog dan Nganjat

Secara mikro, pengelolaan setiap desa tetap bisa dikembangkan secara hulu-hilir (cluster) mulai dari kegiatan pembenihan, pemasaran, pembesaran dan pengolahan. Diharapkan setiap desa mampu bersinergi dan memperkuat satu dengan lainnya untuk mensukseskan program pengembangan Kawasan Desa Nila, menuju masyarakat Jawa Tengah yang lebih sejahtera sesuai program Gubernur Jawa Tengah, Bapak Bibit Waluyo yaitu “Bali nDeso mBangun Deso”.

 

Share this:

BENIH NILA MERAH STRAIN BARU “ LARASATI “

BENIH NILA MERAH STRAIN BARU “ LARASATI “

(Nila Merah Strain Janti)

 

Tilapia Broodstock Center

Satker PBIAT Janti – Klaten

 

Anda pernah mendengar istilah ”Kakap Merapi” atau ”Sop Kepala Kakap”?. Istilah tersebut banyak kita jumpai di rumah makan pancingan atau warung-warung tenda di Jawa Tengah. Terlintas di benak kita adalah Kakap Merah hasil tangkapan dari laut. Namun sebenarnya istilah tersebut adalah nama lain dari Nila Merah. Sepintas bentuk dan warna Nila Merah (Oreochromis sp.) memang mirip dengan Kakap Merah (Lutjanus sp.), namun sebenarnya jauh berbeda. Mungkin karena harganya relatif lebih mahal dibanding Nila Hitam dan warnanya cenderung lebih disukai konsumen yang membuat orang mensejajarkan Nila Merah dengan Kakap Merah. Atau strategi pemasaran dari pedagang untuk lebih mendongkrak harga Nila Merah di pasaran. Apapun alasannya Nila Merah menjadi semakin populer dalam sepuluh tahun terkhir.

Pada tanggal 23 Nopember 2009, Jawa Tengah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah berhasil merelease Nila Merah strain baru yang diberi nama ” LARASATI ” (Nila Merah strain Janti), sebagai Benih Bermutu. Secara seremonial Larasati direlease oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Bp. Fadel Muhammad melalui SK No. KEP.79/MEN/2009. Nama Larasati diambil dari nama seorang dewi dalam tokoh pewayangan yang merupakan isteri dari Arjuna yang sangat terkenal. Dikatakan strain Janti karena kegiatan pemuliaannya dilakukan di Satuan Kerja Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar Janti (Satker PBIAT Janti), terletak di Desa Janti, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten. Satker PBIAT Janti merupakan salah satu dari tiga satuan kerja di bawah Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar Muntilan (BPBIAT Muntilan).

Kegiatan pemuliaan ikan Nila di Satker PBIAT Janti dimulai sejak tahun 2004 setelah Satker PBIAT Janti ditunjuk menjadi Pusat Pengembangan Induk Ikan Nila Regional (PPIINR) melalui SK Dirjen Budidaya No. 6378/DPB-1/PB.110.D1/12/03. Pada tahap awal dimulai dengan mendatangkan ikan Nila berbagai strain seperti Gift, Nifi, Singapura, Citralada dan Nila Putih. Kemudian pada tahun 2005 dilakukan perkawinan secara inbreeding dan cross breeding untuk mendapatkan gambaran performa benih yang dihasilkan. Pada tahun 2006 diketahui persilangan (cross breeding) antara induk strain Gift (GG) dan pejantan strain Singapura (SS) menghasilkan benih hibrid (GS) terbaik. Pemuliaan induk dilakukan menggunakan metode seleksi individu. Generasi pertama (F1) dihasilkan tahun 2006, generasi kedua (F2) tahun 2007 dan generasi ketiga (F3) tahun 2008. Berbagai uji terhadap benih hibrid (GS) generasi ketiga seperti uji pertumbuhan, multi lokasi, salinitas, dan hama penyakit dilakukan tahun 2008. Benih hibrid (GS) generasi ketiga inilah yang direlease pada tanggal 23 Nopember 2009 dengan nama Larasati.

Kegiatan pemuliaan ikan Nila di Satker PBIAT Janti dilakukan dalam 2 tahap :

Tahap I.  Seleksi Ikan Nila Merah Hibrida Terbaik

Tahap II. Perbaikan Induk dengan Seleksi Individu untuk Perbaikan Hibrida

Tabel 1.  Deskripsi ikan Nila Larasati ukuran konsumsi/dewasa :

I

Karakter Morfologi

1.1

Jumlah jari-jari sirip dorsal

D. XVII. 13

1.2

Jumlah jari-jari sirip perut

V. I. 5

1.3

Jumlah jari-jari sirip dada

P. 13 – 14

1.4

Jumlah jari-jari sirip dubur

A. III. 10 – 11

1.5

Jumlah jari-jari sirip ekor

C. II. 17 – 18

1.6

Jumlah Linea Lateralis (LL)

33 – 35

1.7

Lebar mata (cm)

1,54 – 1,70

1.8

Panjang Total (PT) (cm)

26,6 – 32,5

1.9

Panjang Standar (PS) (cm)

20,6 – 26,5

1.10

Tinggi Badan (TB) (cm)

9,7 – 11,0

1.11

Panjang Standar/Tinggi Badan (PS/TB)

2,12 – 2,40

1.12

Warna

Merah

 

 

II

Ketebalan Daging (cm)

4,75 – 4,90

 

 

III

Ratio Edible Portion (%) Larasati dengan bobot 1.000 – 1.300 g

3.1

Berat daging

46,4 – 53,0

3.2

Berat tulang

7,1 – 8,0

3.3

Berat kepala

18,5 – 20,0

3.4

Berat ekor

1,7 – 1,8

3.5

Berat sisik

1,2 – 2,1

3.6

Berat sirip

4,1 – 5,6

3.7

Berat organ dalam

14,4 – 16,1

IV

Deskripsi Larasati ukuran konsumsi/dewasa

4.1

Warna punggung

Merah orange

4.2

Warna perut

Putih kemerahan

4.3

Warna overculum

Kemerahan

4.4

Umur (hari)

130

4.5

Bobot pembesaran di kolam air tenang (g)

560 – 620

4.6

Bobot pembesaran di KJA selama 150 hari (g)

930,0 – 954,7

Larasati sebagai benih sebar telah teruji sebagai produk benih hibrid Nila Merah yang berkualitas unggul baik dipelihara di kolam, air tenang, air deras maupun keramba jaring apung (KJA). Larasati sangat digemari masyarakat karena cepat tumbuh, daging tebal, pertumbuhan seragam, SR tinggi (> 90%), FCR rendah (1,2 – 1,3), tahan terhadap perubahan lingkungan, dan secara laboratoris terbukti tahan terhadap bakteri Streptococcus agalactiae. Pengembangan budidaya Larasati masih terbuka luas baik pangsa pasar maupun lahan budidayanya. Kegiatan budidaya Larasati telah memberikan dampak positif terhadap sosial ekonomi masyarakat dengan terbukanya lapangan pekerjaan dan peluang usaha dibidang budidaya serta terbukanya kawasan wisata kuliner.

Budidaya Larasati di Kabupaten Klaten sudah sangat berkembang terutama di kawasan minapolitan Desa Nila KALUNGHARJO (meliputi 8 desa di 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Karanganom, Tulung dan Polanharjo). Ikan konsumsi yang dihasilkan dipasarkan ke beberapa wilayah seperti Solo, Yogyakarta, Semarang, dan wilayah lain ex-Karesidenan Surakarta. Untuk wilayah Klaten sendiri terutama dipasarkan di kawasan wisata kuliner Janti dan Rowo Jombor. Sampai tahun 2010 jumlah rumah makan/pancingan yang menyajikan menu serba ikan di Janti berjumlah sekitar 45 buah dan menyerap tenaga kerja sekitar 250 orang, serta di Rowo Jombor berjumlah sekitar 25 buah dan menyerap tenaga kerja sekitar 250 orang.

Tabel 2. Target Produksi Perikanan Budidaya Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 – 2014

KOMODITAS

2010

2011

2012

2013

2014

Udang Windu

5.327

5.758

6.343

7.327

8.664

Udang Vaname

4.042

4.824

6.048

6.687

8.040

Rumput Laut

84.053

128.694

200.146

312.767

492.814

Kerapu

7

10

11

14

20

Bandeng

58.693

70.107

80.568

94.679

108.740

Kakap

Nila

29.449

37.763

46.732

57.681

65.965

Patin

750

1.431

2.354

3.335

5.009

Mas

5.997

6.746

7.643

8.707

10.377

Gurame

7.567

9.040

10.780

12.830

15.315

Lele

43.926

70.362

95.526

125.333

166.938

Lainnya

46.200

52.800

66.100

74.000

75.000

JUMLAH

286.011

387.535

522.251

703.360

956.882

Satuan : ton

Sampai dengan tahun 2014, proyeksi kebutuhan benih dan induk ikan Nila sangat besar agar target produksi yang telah direncanakan dapat tercapai.

Tabel 3.   Proyeksi Kebutuhan Benih dan Induk Ikan Nila Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 – 2014

Tahun

Target Produksi (ton)

Keb. Benih (ekor)

Keb. Induk (paket)

2010

29.449

110.434.000

614

2011

37.763

141.612.000

787

2012

46.732

175.245.000

974

2013

57.681

216.304.000

1.202

2014

65.965

247.369.000

1.375

1 paket induk = ♀ 300 ekor dan ♂ 100 ekor

Untuk mencapai target produksi di atas, Satker PBIAT Janti memiliki tugas untuk menyediakan benih dan calon induk berkualitas yang akan digunakan untuk memproduksi benih Larasati. Benih dan calon induk yang telah dihasilkan dari kegiatan pemuliaan (broodstock program) secara bertahap telah disebarluaskan kepada BBI Lokal dan UPR ke kabupaten/kota di Jawa Tengah. Diharapkan dengan penggunaan benih dan calon induk yang berkualitas akan mempercepat peningkatan produksi ikan Nila dan mendukung industrialisasi perikanan budidaya.

Selain release Larasati, pada tanggal 6 Januari 2011 Satker PBIAT Janti dinyatakan lulus Sertifikasi Cara Perbenihan Ikan Yang Baik (CPIB) dengan predikat SANGAT BAIK (EXCELLENT). Adanya release Larasati dan sertifikat CPIB menunjukkan jaminan mutu dari Satker PBIAT Janti dalam hal produksi benih dan calon induk yang berkualitas bagi masyarakat.

Info Pemesanan Calon Induk Nila :

Sutarno ( 085642203402 )

Toni Kuswoyo ( 085643146859 / 081392025819 )

Satker PBIAT Janti

Desa Janti, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. 552947.

Telp./Fax. (0272) 552947